Salam Sapa

Di Pelabuhan Menuju Dahsyatnya Cinta


Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh…!!!

Saudaraku yang merindukan dahsyatnya syurga. Marilah kita rengkuh dengan melintasi jembatan penebal iman. Memasuki rumah muraqobah. Bermunajat pada Sang Kekasih di atas peraduan cinta. Melemaskan keinginan nafsu. Meredam ego dunia. Bersimpuh menelaah kasih sayang-Nya.

Ketika bayu perlahan menyelimuti kehadiranku, aku pun terdiam. Dingin menyergap gairah azzamku. Lemah menyusup menidurkan kehidupan. Terbaring di antara relung-relung kebisuan. Sendiri….sepi….sunyi….

Di manakah cahaya yang mampu menerangi kegalauan jiwa ini? Tersudut meninggalkan alam nyata. Terasing dibuai khayalan semu. Terjerembab mengharap pulang. Menangis mencerca sanubari.

Kupandang tanah lapang di sekitar tempatku berdiri. Pengap menerobos lautan emosi diri. Sesak menyerang nafas hayat. Aku pun terkulai lesu. Terduduk. Tak sanggup menegapkan tubuh.

Keletihan jiwa untuk terus bersenandung, menjadikan langkah tersendat. Bingung kemana harus kutapakkan keinginan ini. Di persimpangan jalan terdapat cabang pilihan. Resah kini menghantui akal sehatku. Bayangan raut monster atau iblis meracuni pikiranku. Terpaku dan hening. Kumantapkan memilih satu arah. Selangkah demi selangkah kulintasi. Tapak-tapak kakiku sudah mulai tidak menegang. Namun, tersentak raga tak berdaya menatap pesona itu. Di depan mata sayup-sayup nampak selendang kerinduan. Akhirnya jiwa pun kembali tertawan dalam belitan gundah. Menggoyahkan tiang iman. Menidurkan kemuliaan akhlak.

Astaghfirullah…

Ternyata hanya sebuah fatamorgana yang menipu. Mengelabui pandangan lelah. Aku tersadar. Bangkit bangun. Menatap birunya samudra terbentang di atas kepala. Tanpa batas cakrawala. Tanpa tiang penyangga. Awan putih berarak menyapa kehadiranku. Seolah hendak menyampaikan sebuah pesan rahasia. Kucoba menangkap bahasa isyarat yang tersirat, memahami makna yang terkandung.

Mereka ingin berbicara padaku tentang ikhwal cinta. Sebuah cinta yang mengokohkan. Cinta yang hidup, bersahabat, bermanfaat, tegar, serta kuat. Cinta yang gempita, menggema, membahagiakan. Cinta yang suci, segar, menggugah, serta mengubah. Cinta itu merujuk pada sebuah keabadian. Inilah cinta yang menyelamatkan, yakni MAHABATULLAH.

Saudaraku, yang tak lelah tuk terus menyusuri pantai kedamaian. Membentangkan perahu ikhtiar. Berlayar di atas lautan hikmah. Mengapung menuju tujuan berprinsip. Islam rahmat bagi seluruh alam. Sebuah sapaan dari atma yang merindukan dahsyatnya energi cinta.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh…!!!

Semarang, 12 Mei 2010

TTD

Raddy Ibnu Jihad

Penulis Muda Perindu Syurga

Tinggalkan komentar